Pages

18 August 2015

Tak Lagi


Seakan-akan puisi perpisahan baru saja terucap kemarin, kini kau dan aku bertemu lagi. Ternyata, tidak ada yang berubah. Tidak ada, tetapi nampak begitu jelas di mataku. Caramu tersenyum, kini sunggingan manis itu bukan aku alasan di baliknya. Caramu memandang, pandangan itu kini bukan milikku lagi. Aku dekat denganmu, tapi sinar matamu bukan ke arahku. Matamu berkata, aku tidak ada di dekatmu. Ah, andai kau tahu, irama jantung ini masih sama. Timbul bekas yang begitu dalam. Aku masih bisa merasakan hadirmu dalam sosok lain. Sosok yang begitu beku, sosok yang tidak ku kenal. Mungkin, hanya aku yang tidak berubah.


Rasa ini masih sama. Aku masih mencintaimu. Mungkin, sekarang kamu sudah tidak mengenalku lagi. Mungkin, butuh beberapa saat untuk mengenaliku saat kamu melihatku. Kalaupun harus seperti itu ceritanya, aku ikhlas. Biarkan aku mencintaimu dalam diam. Biar semuanya ku rasakan sendiri. Biarkan aku memperhatikanmu dari kejauhan tanpa kau tahu. Mungkin, cara seperti itu jauh lebih baik. Biarkan aku merasa kamu hadir dalam duniaku, meskipun kenyataannya tidak seperti itu. Kamu sudah pergi, dan sepertinya kamu lupa membawa bayangmu. Kamu lupa membawa potongan-potongan kenangan tentangmu. Mengapa aku masih bisa merasakan sosokmu yang dulu di saat kamu bahkan sudah tidak mengenalku lagi? Mengapa tidak mudah bagiku melupakanmu begitu saja? Tidak, aku tidak butuh jawaban. Biarkan aku bertanya-tanya sendiri. Lagian, sekarang aku hanya berbicara dengan sosok semumu. Iya, berbicara dengan sosokmu yang dulu masih mengenalku, dan kini sudah tidak ada lagi.


Kamu tahu, aku merindukanmu. Aku merindukan hari-hari indah yang pernah kita lalui. Aku merindukan saat-saat kita hadir dalam waktu dan menorehkan kisah indah dalam buku kehidupan. Aku masih sering berbisik pada hati rusakku bahwa aku mencintaimu. Aku sadar, aku tidak bisa memberitahumu lagi seperti dulu. Andai semuanya bisa terulang. Mungkinkah kamu masih mengingat semuanya? Ah, mungkin tidak. Tak bermaksud mempermasalahkan, tapi sepertinya, dulu hanya aku yang jatuh cinta. Hanya aku yang mengenang setiap hal kecil. Dan kamu, hanya hadir sekedar melengkapi cerita, itu saja, tidak lebih.


Andai kamu masih seperti dulu. Kamu yang selalu mau menjawab pertanyaan-pertanyaan bodohku. Andai kita masih saling mengenal, batin ini takkan tertusuk sakit ketika mata ini menangkap sosokmu di pandangannya. Andai kita masih ada, tidak akan terasa berat bagiku melirik dirimu. Aku hanya tidak ingin kamu tahu, aku begitu hancur ditinggalkanmu, meskipun aku tahu kau mengetahuinya. Aku sadar, setiap detik begitu berharga. Aku sadar, lirikanku tidak ada artinya. Aku sadar, aku bukan siapa-siapa. Dan aku cukup sadar, bayangku tak pernah sedetikpun mampir di otakmu.


-aku mencintai seseorang yang tidak mengenalku .

No comments:

Post a Comment

Tell me what you think :)