Pages

01 June 2015

R I N D U




Terlalu jelas saat dimana bayangmu tak lagi hadir. Mungkin waktu telah menerkamnya. Membakar bayangmu, jadikannya serpihan abu kenangan. Abu yang beku, yang takkan rusak walau diterpa angin. Menyisakan jejak hitam yang sulit dihapus. Serpihan kenangan yang terlalu indah untuk disingkirkan, tapi terlalu menyakitkan jika dibiarkan mengotori. Serpihan yang menyiksa ketika rindu mulai datang menusuk batin. Yang mengharuskan diri membunuh rindu-rindu tak bersalah itu ketika seharusnya dinikmati. Tapi rindu itu semakin dalam, semakin menyakitkan.




Seberkas cahaya memantulkan bayangmu membayangi hatiku, membuat semuanya gelap, seakan-akan matahari siang yang bersinar terang sedang menangis dan jadikan sinarnya tetesan-tetesan panas melelehkan. Kenapa ini semua tak pernah sampai? Aku bagaikan sebatang kayu, dengan isyarat yang tak sampai kepada api yang menjadikannya abu. Bagaikan segumpal awan, dengan isyarat yang tak sampai kepada hujan yang menjadikannya tiada. Bagaikan sekotak es, dengan isyarat yang tak sampai kepada panas yang menghancurkan sosoknya.



Butiran pasir halus menjadi saksi, atas datangnya panah rindu berujung runcing yang dengan kuatnya menghunjam batin. Gulungan ombak yang semakin keras menghantam seakan-akan mengerti semua. Terlihat orang-orang di tengah sana, menaiki sebilah papan, mencoba melawan kerasnya hantaman sang ombak. Seperti diriku, yang meluapkan semuanya dengan air mata, mencoba melawan hunjaman panah rindu. Di ujung sana, ombak itu mampu mengalahkan mereka, menggulung dengan sadis tubuh mereka ke laut, karena angin terus bertiup. Dan ya, rindu itu mampu mengalahkanku, menusuk dengan sadis batin ini, karena cinta kepadamu yang terus mengalir dan tak pernah berhenti.




No comments:

Post a Comment

Tell me what you think :)