Pages

11 April 2015

No title

Kosong.
Entah mengapa keramaian ini terasa sunyi, tanpamu.
Bagaikan mengunjungi perpustakaan yang sama, dengan beribu buku yang semuanya telah kubaca.
Salahkah aku merasa seperti ini?
Lidah terasa kaku tiap kali ingin mengatakan sesuatu.
Jemari ini, tak ingin melepaskan kotak itu. Selalu menginginkan kotak itu bergetar.
Lelah telinga ini mendengar kebisingan yang sama berulang kali setiap hari.


Bosan.
Suara berat itu, suara yang selalu ku rindukan.
Bahkan rasanya, setiap detik, aku selalu menginginkan bibir itu bergerak dan pita suara itu bergetar di ujung sana. Mengisi rongga telingaku bersama angin.
Suara itu.
Yang mampu membuatku tertawa dan tersenyum tanpa alasan.
Katakan aku gila. Ya, memang gila.
Hey, mengapa tulisan tentangnya menyusup masuk tiba-tiba?
Sepi.
Semua suara itu hilang.
Apa yang harus ditertawakan? Bagaimana bisa semudah itu merasa bahagia?
Hampa.
Andaikan kehampaan, angin yang mengapitku, berubah menjadi sosok laki-laki dengan senyuman manis itu. Andaikan.
Terlalu bosan dengan perasaan sepi.
Seperti berada di kota mati bersama satu-satunya teman yang masih hidup.
Ketika teman itu pergi, aku harus berjalan sendirian melalui mayat-mayat itu.
Ketika teman itu kembali, ku lupakan rasanya sedih.
Ku lupakan rasanya sendiri.
Ku lupakan rasanya sepi.
Suaraku cukup keras, tapi tak pernah terdengar.
Mungkin, kini telinga sesuatu yang langka.
Mungkin, Tuhan telah merusak semua lobus temporalis yang ada.
Kenapa tidak ada yang mendengarku?
Kenapa hanya dia yang melihatku?
Seakan-akan dia satu-satunya orang yang tahu bahwa aku hidup.

Teruntuk seseorang yang selalu menjadi alasan di balik senyumanku..
Yang selalu menjadi alasan di balik tawa lepasku..
Yang membuatku melihat masa yang akan datang dari sudut pandang yang positif..
Yang mampu membuat jantungku berdetak kencang meskipun aku tidak menginginkannya untuk berdetak lagi..

***

No comments:

Post a Comment

Tell me what you think :)