Pages

10 February 2015

Akhir.

Inilah aku. Sosok yang berbeda dengan diriku yang sebelumnya. Entah mengapa, aku tak pernah menemukan seseorang yang mengerti diriku sepenuhnya. Mereka tak akan pernah mengerti. Mereka tak akan pernah memahami diriku.

Sosokku yang pendiam dan tidak suka berbicara terlalu banyak, tetapi, untuk perasaan yang diungkapkan, sulit bagiku untuk berhenti menuangkannya. Karena selama perasaan itu masih ada, kata demi kata akan terus mengalir.


Mengukir kata demi kata, lewat tulisan.




Meskipun aku tidak cukup pandai memilih diksi yang pas, inilah ukiranku, murni dari hati.


Apakah mereka bahkan tahu, betapa traumanya aku untuk menjalin hubungan dekat dengan siapapun? Sejatinya, tak ada yang abadi. Tidak ada yang berlangsung selamanya. Semuanya, lahan perlahan, pasti akan sirna ditelan waktu.


Aku takut jatuh cinta lagi. Aku takut terluka. Aku takut luka itu akan merubahku menjadi sosok yang tidak pernah ku kenali. Sosok yang bukan diriku, yang gila. Karena cinta.


Luka itu masih belum kering. Apa yang harus kita lakukan agar sebuah luka di kulit kita menjadi kering? Membiarkannya terbuka dan terkena udara segar, bukan? Kini aku mengerti, mengapa luka itu tak kunjung sembuh. Hatiku tertutup, tak dapat terbuka. Sekali ada yang menghuni, selalu merusak. Hati, yang harusnya mencintai, tak dapat mencintai lagi. Hak untuk mencintai seperti diambil alih oleh seorang penjajah yang merusaknya.


Penjajah? Raut wajahnya tidak sejahat itu.


Tapi dia merusak hatiku.



Dia tidak menyadarinya.



Betapa seseorang yang ku kira tak akan pernah melukaiku, pada akhirnya menjadi alasan mengapa aku terluka. Menjadi alasan mataku sembab setiap kali aku bangun tidur. Menjadi alasan aku gila. Gila karena ditinggalkannya. Mengapa bisa gila? Selama menikmati saat-saat bersamanya, kupikir dia tidak akan meninggalkanku. Kupikir dia akan selamanya bersamaku, temaniku melalui waktu... Ternyata, aku salah. Benar kata mereka. Hidup tidak bisa ditebak.


This is a modern fairytale, no happy endings, no wind in our sails..


Tak ada akhir yang bahagia di dunia ini. Semua pasti berakhir dengan kesedihan, berakhir dengan air mata.
Setiap kebahagiaan selalu berakhir dengan kesedihan. Selalu.


Saat-saat bahagia yang pernah kita lalui dengan seseorang, seiring waktu, pasti akan sirna. Entah dia meninggalkan kita, entah maut memisahkannya.. Semuanya pasti berakhir dengan air mata, kan?



Itulah akhir. Tidak ada kebahagiaan dalam sebuah akhir.


***

No comments:

Post a Comment

Tell me what you think :)